Periode pemulihan bencana erupsi gunung berapi adalah fase krusial setelah sebuah daerah dilanda musibah. Di Flores Timur, khususnya pasca-erupsi Gunung Lewotolok beberapa waktu lalu, upaya normalisasi kehidupan masyarakat menjadi prioritas utama. Proses ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pemulihan sosial dan ekonomi agar warga dapat kembali beraktivitas dengan aman dan produktif. Memastikan setiap tahapan berjalan efektif adalah kunci untuk mengembalikan senyum di wajah ribuan penduduk yang terdampak.
Langkah awal dalam periode pemulihan bencana di Flores Timur meliputi pendataan kerusakan dan kebutuhan warga. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur per 10 Juni 2025, tercatat lebih dari 5.000 jiwa mengungsi dan 300 rumah mengalami kerusakan berat akibat abu vulkanik dan lahar dingin. Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, dan relawan kemanusiaan bahu-membahu menyalurkan bantuan logistik, membangun posko pengungsian sementara, dan menyediakan fasilitas sanitasi yang layak. Proses ini diawasi ketat oleh posko pusat di Kota Larantuka, yang beroperasi 24 jam setiap hari sejak erupsi pertama terjadi pada 29 November 2020.
Selanjutnya, perhatian diarahkan pada pemulihan infrastruktur. Jalan-jalan yang tertutup material vulkanik mulai dibersihkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan bantuan alat berat. Jaringan listrik yang terputus di beberapa desa juga secara bertahap diperbaiki oleh PT PLN (Persero) Rayon Larantuka. Tak kalah penting, sektor pertanian dan perikanan yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal juga membutuhkan revitalisasi. Kementerian Pertanian melalui Dinas Pertanian Flores Timur telah menyalurkan bantuan bibit tanaman dan alat pertanian kepada petani pada pekan pertama bulan Juni 2025, sementara Dinas Kelautan dan Perikanan setempat memberikan dukungan berupa perbaikan perahu dan jaring kepada nelayan di pesisir.
Aspek pemulihan psikososial juga menjadi perhatian serius dalam periode pemulihan bencana ini. Trauma akibat erupsi bisa menghantui warga, terutama anak-anak. Oleh karena itu, tim psikolog dari Kementerian Sosial dan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) secara rutin mengadakan sesi konseling dan kegiatan trauma healing di posko pengungsian, terutama setiap hari Selasa dan Kamis sore. Mereka berupaya membangun kembali mental warga agar siap menghadapi fase normalisasi.
Selain itu, edukasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana di masa depan juga terus digalakkan. Sosialisasi jalur evakuasi, titik kumpul aman, dan simulasi penanganan bencana menjadi agenda rutin yang diselenggarakan oleh BPBD di berbagai desa rawan bencana. Ini adalah bagian tak terpisahkan dari upaya jangka panjang agar masyarakat Flores Timur lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan alam di kemudian hari. Dengan sinergi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah, proses normalisasi di Flores Timur diharapkan dapat berjalan lancar dan tuntas.