Sebuah insiden memilukan mengguncang dunia pendidikan di Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan terungkapnya Tragedi Sekolah NTT yang melibatkan seorang guru SD berinisial BEKD (60) sebagai tersangka pencabulan puluhan muridnya. Kasus ini menjadi alarm keras tentang kerentanan anak-anak di lingkungan sekolah dan pentingnya pengawasan yang ketat. Tragedi Sekolah NTT ini memicu keprihatinan mendalam di berbagai kalangan.
Menurut laporan polisi, BEKD, seorang wali kelas IV, diduga melakukan pelecehan seksual terhadap 24 siswa SD. Modus operandi pelaku termasuk mempertontonkan video porno melalui ponselnya kepada para korban di dalam kelas. Setelah itu, pelaku diduga melakukan tindakan cabul berupa memeluk, meremas payudara, dan memegang kemaluan para muridnya. Ini adalah Tragedi Sekolah NTT yang sangat tidak bisa diterima.
Tragedi NTT ini berhasil terungkap setelah beberapa korban berani melapor kepada pihak berwenang. Penyidikan Unit PPA Satreskrim Polres Sabu Raijua telah menetapkan BEKD sebagai tersangka sejak 27 Mei 2025, dan pelaku langsung ditahan keesokan harinya. Polisi juga telah melakukan wawancara klarifikasi terhadap puluhan anak korban dan memeriksa beberapa guru sebagai saksi.
Atas perbuatannya, BEKD dijerat dengan Pasal 82 Ayat (1) Jo Ayat (2) Jo Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2016 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang. Ancaman hukuman maksimal yang menanti pelaku adalah 15 tahun penjara. Ini adalah Tragedi NTT dengan konsekuensi hukum yang berat.
Kasus ini menyoroti urgensi perlindungan anak di lingkungan sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang, bukan tempat di mana mereka menjadi korban kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan berbagai pihak mendesak agar kasus seperti Tragedi Sekolah NTT ini ditangani secara tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya.
Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus bersinergi untuk mencegah terulangnya Tragedi Sekolah NTT serupa. Peningkatan pengawasan terhadap perilaku pendidik, pelatihan tentang perlindungan anak bagi seluruh staf sekolah, serta pendidikan seksual yang komprehensif bagi anak-anak dan orang tua menjadi sangat penting. Anak-anak harus diberdayakan untuk berani melapor jika mengalami perlakuan tidak pantas.