Kekosongan Minyak Goreng: Respons Pemerintah dan Komunitas Lokal di NTT

Pada awal tahun 2025, masyarakat di beberapa wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kabupaten Flores Timur dan Lembata, dihadapkan pada situasi genting berupa Kekosongan Minyak Goreng yang signifikan di pasaran. Kondisi ini, yang berlangsung selama kurang lebih satu pekan penuh, memicu kekhawatiran mendalam karena minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok yang vital dalam setiap rumah tangga. Melihat kondisi tersebut, baik instansi pemerintah daerah maupun berbagai elemen komunitas lokal segera bergerak cepat dan berkolaborasi erat untuk mencari solusi mendesak serta menjaga stabilitas pasokan demi ketahanan pangan warga.

Respons cepat datang dari Pemerintah Provinsi NTT, yang melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), segera melakukan koordinasi intensif. Pada hari Senin, 10 Februari 2025, Kepala Dinas Perindag, Ibu Anita Wijaya, secara langsung menerima laporan mengenai Kekosongan Minyak Goreng yang melanda sejumlah pengecer dan pasar tradisional. Dalam konferensi pers yang diadakan di kantor Disperindag di Kupang pada pukul 14.00 WITA hari yang sama, Ibu Anita menjelaskan bahwa kendala utama di balik kelangkaan ini adalah faktor logistik dan kondisi cuaca ekstrem. “Berdasarkan pemantauan kami, beberapa kapal pengangkut logistik dari Surabaya dan Makassar yang menuju pelabuhan di NTT sempat tertunda keberangkatannya akibat gelombang tinggi di Selat Sunda dan Laut Flores yang terjadi secara beruntun pada pekan pertama Februari. Hal ini menghambat pasokan reguler,” ujarnya.

Untuk mengatasi dampak langsung di lapangan, pemerintah daerah mengambil langkah tanggap darurat dengan menginisiasi operasi pasar bersubsidi di beberapa titik strategis. Pada hari Rabu, 12 Februari 2025, Perum Bulog Kanwil NTT bekerja sama dengan Polres Flores Timur berhasil mendistribusikan sebanyak 5.000 liter minyak goreng kemasan di kota Larantuka, Flores Timur. Keesokan harinya, Kamis, 13 Februari 2025, operasi serupa dilanjutkan di Lewoleba, Lembata, dengan mendistribusikan 3.000 liter. Penjualan dilakukan dengan harga yang telah disubsidi untuk memastikan produk tersebut tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Antusiasme warga terlihat jelas, dengan antrean yang tertib dan panjang, menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan ini.

Tidak hanya mengandalkan upaya pemerintah, inisiatif luar biasa juga ditunjukkan oleh komunitas lokal dalam menghadapi Kekosongan Minyak Goreng. Di beberapa desa terpencil di wilayah Flores Timur, kelompok ibu-ibu rumah tangga mulai menghidupkan kembali tradisi pembuatan minyak kelapa murni (VCO) secara manual dan tradisional. Meskipun skala produksinya terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi serta tetangga terdekat, upaya swadaya ini menjadi solusi alternatif yang sangat berarti di tengah keterbatasan pasokan dari luar daerah. Solidaritas dan semangat gotong royong ini menjadi bukti nyata resiliensi masyarakat dalam beradaptasi menghadapi tantangan komoditas penting. Kolaborasi erat antara pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat ini tidak hanya berhasil menjaga stabilitas pasokan, tetapi juga menunjukkan kekuatan sinergi dalam menjaga ketahanan pangan di NTT.

Tinggalkan Balasan