Sektor pertanian tradisional sering kali menghadapi tantangan inefisiensi akibat pendekatan seragam pada lahan yang tidak seragam. Untuk mengatasi hal ini, telah lahir Revolusi Pertanian Presisi, sebuah paradigma baru yang menggunakan teknologi mutakhir seperti Internet of Things (IoT) dan Data Analytics untuk mengoptimalkan pengelolaan tanaman. Revolusi Pertanian Presisi memungkinkan petani mengambil keputusan berdasarkan data real-time yang sangat spesifik, mulai dari kondisi kelembaban tanah, kadar nutrisi, hingga deteksi dini hama. Implementasi Revolusi Pertanian Presisi ini terbukti mampu meningkatkan hasil panen secara signifikan sambil menekan biaya operasional dan dampak lingkungan.
Peran IoT dalam Pengumpulan Data Lahan
IoT merupakan tulang punggung dari pertanian presisi. Melalui pemasangan sensor nirkabel (wireless sensors) di berbagai titik lahan, data kritis tentang lingkungan mikro pertanian dapat dikumpulkan secara otomatis dan kontinu. Sensor ini dapat mengukur parameter seperti tingkat pH tanah, suhu udara, kelembaban tanah, dan intensitas cahaya matahari.
Data yang dikumpulkan dikirimkan ke cloud server melalui jaringan komunikasi (misalnya, jaringan 5G atau LoRaWAN), memungkinkan petani memantau kondisi lahan mereka dari jarak jauh melalui aplikasi seluler. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada hari Rabu, 10 Maret 2026, merilis hasil uji coba di lahan percontohan di Jawa Barat, yang menunjukkan bahwa penggunaan sensor kelembaban tanah IoT berhasil menghemat penggunaan air irigasi hingga 35% dibandingkan metode tradisional.
Data Analytics untuk Keputusan Berbasis Tindakan
Data mentah yang dikumpulkan oleh sensor IoT tidak memiliki banyak arti tanpa adanya Data Analytics. Platform analytics akan memproses volume data besar ini (Big Data) menggunakan algoritma dan Machine Learning untuk mengidentifikasi pola dan memprediksi kebutuhan tanaman.
Contoh implementasi Data Analytics:
- Pemetaan Kebutuhan Nutrisi: Dengan menganalisis data nutrisi tanah yang dikombinasikan dengan citra satelit atau drone (yang mengukur kesehatan tanaman melalui indeks vegetasi seperti NDVI), sistem dapat merekomendasikan dosis pupuk yang tepat untuk setiap zona kecil di lahan, bukan untuk seluruh lahan secara merata.
- Peringatan Hama Dini: Analisis pola suhu dan kelembaban dapat memprediksi kemunculan wabah hama tertentu sebelum terlihat secara visual, memungkinkan petani melakukan penyemprotan pencegahan yang sangat terlokasi.
Keberlanjutan dan Regulasi
Penerapan teknologi presisi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan hasil panen, tetapi juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan. Dengan hanya memberikan pupuk dan pestisida pada zona yang benar-benar membutuhkan, penggunaan bahan kimia berkurang, yang berdampak positif pada kesehatan tanah dan air.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengeluarkan kebijakan insentif bagi kelompok tani yang mengadopsi teknologi Smart Farming. Sebagai bagian dari pengamanan data petani, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengeluarkan panduan keamanan siber untuk platform pertanian digital pada hari Jumat, 20 November 2025, memastikan data operasional dan data pribadi petani terlindungi dari ancaman siber.
