Setelah mengalami pasang surut, kejayaan rempah-rempah Maluku kini kembali bersinar. Kebangkitan ini ditandai dengan meningkatnya produksi cengkeh dan pala yang menjadi komoditas andalan dan telah lama menjadi ikon Kepulauan Maluku. Perbaikan tata kelola, dukungan pemerintah, dan inovasi dari para petani menjadi kunci utama dalam mengembalikan kejayaan ini, memberikan harapan baru bagi perekonomian lokal dan nasional.
Pada Rabu, 20 November 2025, Dinas Pertanian Provinsi Maluku melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam produksi cengkeh dan pala di berbagai wilayah, terutama di Pulau Ambon dan Pulau Seram. Menurut Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Bapak Agus Setiawan, peningkatan ini adalah hasil dari program intensifikasi yang dijalankan selama tiga tahun terakhir. “Kami memberikan bibit unggul, pupuk, dan pelatihan teknis kepada para petani. Dampaknya, kualitas dan kuantitas panen jauh lebih baik,” ujar Bapak Agus dalam sebuah acara panen raya. Ia menambahkan bahwa program ini tidak hanya fokus pada panen, tetapi juga pada pengolahan pascapanen untuk meningkatkan nilai jual.
Peningkatan produksi cengkeh dan pala ini juga didukung oleh stabilnya harga komoditas di pasar global, yang mendorong para petani untuk lebih giat merawat kebun mereka. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pihak kepolisian, juga berperan penting. Kompol Budi Susilo, dari Unit Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Maluku, menyatakan bahwa pihaknya aktif memberantas kasus pencurian cengkeh dan pala yang kerap merugikan petani. “Kami menindak tegas pelaku kejahatan yang dapat merusak mata pencaharian masyarakat. Keamanan adalah hal utama untuk mendukung kebangkitan ekonomi di sektor ini,” kata Kompol Budi dalam konferensi pers pada 22 November 2025.
Selain penindakan, inovasi dalam pengolahan produk juga menjadi faktor pendukung. Kini, para petani di Maluku tidak hanya menjual cengkeh dan pala dalam bentuk kering, tetapi juga mengolahnya menjadi produk turunan seperti minyak atsiri, permen, dan bumbu dapur siap pakai. Langkah ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi. Pada 25 November 2025, sebuah koperasi petani di Ambon berhasil mengekspor 500 kg minyak cengkeh ke Eropa, sebuah bukti bahwa produk olahan lokal memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global.
Kebangkitan produksi cengkeh dan pala di Maluku adalah sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana warisan masa lalu dapat dihidupkan kembali dengan sentuhan inovasi dan kerja sama. Ini bukan hanya tentang komoditas, melainkan tentang mengembalikan identitas dan martabat Maluku sebagai Negeri Rempah. Dengan terus berbenah dan berinovasi, kejayaan rempah-rempah Maluku akan terus bersinar, menjadi motor penggerak ekonomi yang berkelanjutan.